Jangan terlalu lama berada dalam keadaan yang tidak membahagiakan. Beranikanlah diri mu untuk mengubah yang bisa kamu ubah sekarang.

Minggu, 12 Agustus 2012

Metode pengembangan ilmu


Yang  dimaksudkan dengan metode yaitu metode ilmiah.  Metode ilmiah ialah cara untuk mendapatkan  atau menemukan pengetahuan yang benar dan  bersifat ilmiah. Metode ilmiah mensyaratkan asas, pengembangan dan prosedur tertentu yang disebut  kegiatan ilmiah misalnya penalaran, studi kasus  dan penelitian.
Metode  ilmiah dapat dengan penalaran dan pembuktian  kebenaran ilmiah. Metode Ilmiah dengan penalaran dan kesimpulan atau pembuktian kebenaran
-          Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing.
-          Penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang benar dan  bukan hasil perasaan.
Penalaran  merupakan kegiatan yang mempunyai ciri tertentu  dalam penemuan kebenaran.
Dua  ciri penalaran :
  1. Berpikir logis adalah kegiatan berpikir menurut pola, alur dan kerangka tertentu (frame of logic) yaitu, menurut logika: deduksi-induksi, rasionalism-empirism, abstrak-kongkrit.
  2. Berpikir analitis adalah konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir analisis-sintesis  berdasarkan langkah-langkah tertentu (metode ilmiah/ penelitian).
Menurut Archie J. Bahm, metode pengembangan ilmu ilmiah memiliki enam karakteristik utama, yaitu:
1. Rasa ingin tahu (curiosity)
Rasa ingin tahu ilmiah berupaya mempertanyakan bagaimana sesuatu itu eksis, apa hakekatnya, bagaimana sesuatu itu berfungsi, dan bagaimana hubungannya dengan hal-hal lain. Rasa ingin tahu ilmiah berujung pada pengertian.
2. Spekulatif
Yang dimaksudkan dengan spekulatif oleh Bahms adalah keinginan untuk mencoba menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Dia harus membuat beberapa upaya. Ketika solusi terhadap suatu masalah ilmiah tidak muncul dengan segera, upaya harus dilakukan untuk menemukan solusi. Seseorang harus mencoba untuk mengemukakan hipotesis-hipotesis yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi-solusi. Seseorang dapat saja mengeksplorasi beberapa hipotesis alternatif. Spekulasi adalah keinginan untuk terus mencoba dan mencoba, sehingga dapat dikatakan bahwa ciri khas dari sikap ilmiah adalah keinginan untuk berspekulasi.
3. Kesediaan untuk menjadi objektif
Objektifitas adalah salah satu hal dari sikap subjektifitas. Objek selalu merupakan objek dari subjek. Objektifitas bukan saja berhubungan erat dengan eksistensi subjek tetapi juga berhubungan dengan kesediaan subjek untuk memperoleh dan memegang suatu sikap objektif. Bahm menyatakan bahwa kesediaan untuk menjadi objektif meliputi beberapa hal yaitu:
a)      Kesediaan untuk mengikuti rasa ingin tahu ilmiah kemana saja rasa itu membimbing. Kesediaan ini mengisyaratkan keingintahuan dan kepedulian tentang penyelidikan lebih lanjut yang dibutuhkan demi pengertian sampai tahap kebijaksanaan yang dimungkinkan.

b)      Kesediaan untuk mau menerima. Yang dimaksud di sini adalah penerimaan terhadap data. Data adalah sesuatu yang sebagaimana adanya (given) dalam pengalaman ketika objek-objek diamati, diterima sebagai suatu masalah untuk dipecahkan. Sikap ilmiah termasuk kesediaan untuk menerima data sebagaimana adanya. Data dan hipotesis dilihat sebagai instrumen untuk menerima kebenaran tentang objek itu sendiri, dapat mewujudkan kesediaan menjadi objektif. Suatu hipotesis dalamnya terkandung dua hal yaitu penemuan (pengamatan fakta-fakta tentang objek atau masalah) dan hasil dari penemuan (ide-ide yang bertujuan untuk membangun konsep tentang objek atau masalah).
c)       Kesediaan untuk bertahan. Tidak ada aturan yang menyatakan berapa lama seorang ilmuan harus bertahan dalam pergulatan dengan masalah yang alot. Kesediaan untuk tetap objektif mensyaratkan kesediaan untuk terus melanjutkan dan bertahan selama mungkin dan mencoba mengerti objek atau masalah sampai pengertian diperoleh.
4). Pikiran yang terbuka
Sikap ilmiah mengisyaratkan kesediaan untuk berpikiran terbuka. Hal itu termasuk kesediaan untuk mempertimbangkan segala hal yang relevan seperti hipotesis, dan metodologi yang berhubungan dengan masalah. Hal itu termasuk kesediaan untuk menerima, bahkan mengundang ide-ide baru yang berbeda dengan kesimpulan-kesimpulan yang telah dibangun. Kesediaan untuk mendengarkan dan menguji pandangan-pandangan yang lain.
5). Kesediaan untuk menangguhkan keputusan
Ketika suatu masalah kelihatannya tidak terselesaikan atau terpecahkan dengan jawaban-jawaban penelitian yang dilakukan, maka kesediaan untuk menangguhkan keputusan adalah hal yang tepat sampai semua kebenaran yang diperlukan diperoleh atau tersedia. Dalam bagian ini, yang dibutuhkan adalah sikap kesabaran ilmiah.
6). Tentativitas
Sikap ilmiah membutuhkan kesediaan untuk tetap bersifat sementara dalam menerima seluruh kesimpulan-kesimpulan ilmiah yang dibangun. Walaupun suatu hasil dalam kajian ilmiah itu bersifat sementara, tetapi kesediaan untuk tetap mempertahankan kesimpulan yang telah diperoleh dan dibuat juga perlu.

| Supported? |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar