Yang
dimaksudkan dengan metode yaitu metode ilmiah. Metode ilmiah ialah cara untuk
mendapatkan atau menemukan pengetahuan
yang benar dan bersifat ilmiah. Metode
ilmiah mensyaratkan asas, pengembangan dan prosedur tertentu yang disebut kegiatan ilmiah misalnya penalaran, studi
kasus dan penelitian.
Metode ilmiah
dapat dengan penalaran dan pembuktian
kebenaran ilmiah. Metode Ilmiah dengan penalaran dan kesimpulan atau
pembuktian kebenaran
-
Penalaran
merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran
mempunyai kriteria kebenarannya masing-masing.
-
Penalaran
adalah suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang benar dan bukan hasil perasaan.
Penalaran merupakan kegiatan yang mempunyai ciri
tertentu dalam penemuan kebenaran.
Dua ciri penalaran :
- Berpikir logis adalah kegiatan berpikir menurut pola, alur dan kerangka tertentu (frame of logic) yaitu, menurut logika: deduksi-induksi, rasionalism-empirism, abstrak-kongkrit.
- Berpikir analitis adalah konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir analisis-sintesis berdasarkan langkah-langkah tertentu (metode ilmiah/ penelitian).
Menurut
Archie J. Bahm, metode pengembangan ilmu ilmiah memiliki enam karakteristik
utama, yaitu:
1. Rasa
ingin tahu (curiosity)
Rasa ingin tahu ilmiah berupaya mempertanyakan
bagaimana sesuatu itu eksis, apa hakekatnya, bagaimana sesuatu itu berfungsi,
dan bagaimana hubungannya dengan hal-hal lain. Rasa ingin tahu ilmiah berujung
pada pengertian.
2.
Spekulatif
Yang dimaksudkan dengan spekulatif oleh Bahms adalah
keinginan untuk mencoba menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Dia harus
membuat beberapa upaya. Ketika solusi terhadap suatu masalah ilmiah tidak muncul
dengan segera, upaya harus dilakukan untuk menemukan solusi. Seseorang harus
mencoba untuk mengemukakan hipotesis-hipotesis yang dapat dimanfaatkan sebagai
solusi-solusi. Seseorang dapat saja mengeksplorasi beberapa hipotesis
alternatif. Spekulasi adalah keinginan untuk terus mencoba dan mencoba,
sehingga dapat dikatakan bahwa ciri khas dari sikap ilmiah adalah keinginan
untuk berspekulasi.
3.
Kesediaan untuk menjadi objektif
Objektifitas adalah salah satu hal dari sikap
subjektifitas. Objek selalu merupakan objek dari subjek. Objektifitas bukan
saja berhubungan erat dengan eksistensi subjek tetapi juga berhubungan dengan
kesediaan subjek untuk memperoleh dan memegang suatu sikap objektif. Bahm
menyatakan bahwa kesediaan untuk menjadi objektif meliputi beberapa hal yaitu:
a)
Kesediaan
untuk mengikuti rasa ingin tahu ilmiah kemana saja rasa itu membimbing.
Kesediaan ini mengisyaratkan keingintahuan dan kepedulian tentang penyelidikan
lebih lanjut yang dibutuhkan demi pengertian sampai tahap kebijaksanaan yang
dimungkinkan.
b)
Kesediaan
untuk mau menerima. Yang dimaksud di sini adalah penerimaan terhadap data. Data
adalah sesuatu yang sebagaimana adanya (given) dalam pengalaman ketika
objek-objek diamati, diterima sebagai suatu masalah untuk dipecahkan. Sikap ilmiah
termasuk kesediaan untuk menerima data sebagaimana adanya. Data dan hipotesis
dilihat sebagai instrumen untuk menerima kebenaran tentang objek itu sendiri,
dapat mewujudkan kesediaan menjadi objektif. Suatu hipotesis dalamnya
terkandung dua hal yaitu penemuan (pengamatan fakta-fakta tentang objek atau
masalah) dan hasil dari penemuan (ide-ide yang bertujuan untuk membangun konsep
tentang objek atau masalah).
c)
Kesediaan
untuk bertahan. Tidak ada aturan yang menyatakan berapa lama seorang ilmuan
harus bertahan dalam pergulatan dengan masalah yang alot. Kesediaan untuk tetap
objektif mensyaratkan kesediaan untuk terus melanjutkan dan bertahan selama
mungkin dan mencoba mengerti objek atau masalah sampai pengertian diperoleh.
4).
Pikiran yang terbuka
Sikap ilmiah mengisyaratkan kesediaan untuk berpikiran
terbuka. Hal itu termasuk kesediaan untuk mempertimbangkan segala hal yang
relevan seperti hipotesis, dan metodologi yang berhubungan dengan masalah. Hal
itu termasuk kesediaan untuk menerima, bahkan mengundang ide-ide baru yang
berbeda dengan kesimpulan-kesimpulan yang telah dibangun. Kesediaan untuk
mendengarkan dan menguji pandangan-pandangan yang lain.
5).
Kesediaan untuk menangguhkan keputusan
Ketika suatu masalah kelihatannya tidak terselesaikan
atau terpecahkan dengan jawaban-jawaban penelitian yang dilakukan, maka
kesediaan untuk menangguhkan keputusan adalah hal yang tepat sampai semua
kebenaran yang diperlukan diperoleh atau tersedia. Dalam bagian ini, yang
dibutuhkan adalah sikap kesabaran ilmiah.
6).
Tentativitas
Sikap ilmiah membutuhkan kesediaan untuk tetap
bersifat sementara dalam menerima seluruh kesimpulan-kesimpulan ilmiah yang
dibangun. Walaupun suatu hasil dalam kajian ilmiah itu bersifat sementara,
tetapi kesediaan untuk tetap mempertahankan kesimpulan yang telah diperoleh dan
dibuat juga perlu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar