Meskipun dalam Islam, hak-hak asasi
manusia tidak secara khusus memiliki piagam, akan tetapi Al-Qur’an dan
As-Sunnah memusatkan perhatian pada hak-hak yang diabaikan pada bangsa lain.
Nash-nash ini sangat banyak, antara lain:
Dalam al-Qur’an terdapat sekitar empat
puluh ayat yang berbicara mengenai paksaan dan kebencian. Lebih dari sepuluh
ayat bicara larangan memaksa, untuk menjamin kebebasan berfikir, berkeyakinan
dan mengutarakan aspirasi. Misalnya:
"Kebenaran itu datangnya dari
Rabb-mu, barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin kafir, biarlah ia kafir." (QS. 18: 29).
Al-Qur’an telah mengetengahkan sikap
menentang kedzaliman dan orang-orang yang berbuat dzalim dalam sekitar tiga
ratus dua puluh ayat, dan memerintahkan berbuat adil dalam lima puluh empat
ayat yang diungkapkan dengan kata-kata: ‘adl, qisth dan qishas.
Al-Qur’an mengajukan sekitar delapan puluh
ayat tentang hidup, pemeliharaan hidup dan penyediaan sarana hidup. Misalnya:
"Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu
membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka
seakan-akan ia telah membunuh manusia seluruhnya."(QS. 5: 32). Juga Qur’an
bicara kehormatan dalam sekitar dua puluh ayat.
Al-Qur’an menjelaskan sekitar seratus lima
puluh ayat tentang ciptaan dan makhluk-makhluk, serta tentang persamaan dalam
penciptaan. Misalnya: "... Orang yang paling mulia diantara kamu adalah
yang paling bertawa diantara kamu." (QS. 49: 13)
Pada haji wada’ Rasulullah menegaskan
secara gamblang tentang hak-hak asasi manusia, pada lingkup muslim dan
non-muslim, pemimpin dan rakyat, laki-laki dan wanita. Pada khutbah itu nabi
saw juga menolak teori Yahudi mengenai nilai dasar keturunan.
Manusia di mata Islam semua sama, walau
berbeda keturunan, kekayaan, jabatan atau jenis kelamin. Ketaqwaan-lah yang
membedakan mereka. Rakyat dan penguasa juga memiliki persamaan dalam Islam.
Yang demikian ini hingga sekarang belum dicapai oleh sistem demokrasi modern.
Nabi saw sebagai kepala negara juga adalah manusia biasa, berlaku terhadapnya
apa yang berlaku bagi rakyat. Maka Allah memerintahkan beliau untuk menyatakan:
"Katakanlah bahwa aku hanyalah
manusia biasa, hanya saja aku diberi wahyu, bahwa Tuhanmu adalah Tuhan yang
Esa." (QS. 18: 110).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar